Search This Blog

Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren X

(Kode ILMU-KOM-0007) : Skripsi Komunikasi Interpersonal Antara Pengasuh, Pengurus dan Santri di Pondok Pesantren X

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial apabila orang telah mengadakan hubungan tetap, maka system komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut mempererat atau mempersatukan mereka mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul1.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back )2.
Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu ada sejumlah kebutuhan manusia di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan dengan lewat komunikasi dengan sesamanya.
Komunikasi antarpribadi juga sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia3.
Pertama, komunikasi antarpribadi membentuk perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Di awali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan ole h kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu.
Kedua, identitas atau jati-diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan kepercayaan orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja perbandingan sosial (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain.
Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan merasa menderita, merasa sedih,cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar orang lain maka rasa sedih dan terasi yang mungkin kita alamipun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin penderitaan fisik.
Agar merasa bahagia kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antarpribadi, komunikasi dengan orang lain4.
Adapun fungsi dari komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah5:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2. Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk mengetahui lingkungan kita secara baik.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal.
4. Mengubah sikap dan perilaku.
5. Bermain dan mencari hiburan dengan berbagi kesenangan pribadi.
6. Membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan.
Fungsi global dari komunikasi antarpribadi adalah menyampaikan pesan yang feed backnya diperoleh saat proses komunikasi tersebut berlangsung6.
Dan di dalam kehidupannya, setiap manusia baik personal maupun lembaga tidak dapat melepaskan diri dari aktifitas komunikasi, termasuk dalam lembaga Pondok Pesantren X ini. Disini, terdapat beberapa anak dari berbagai daerah dan suku berumpul menjadi satu, mulai dari dalam kota, luar kota maupun luar pulau, dan mereka memiliki tujuan yang sama yakni untuk menimba ilmu, baik ilmu Agama (non formal) maupun Ilmu pengetahuan umum (formal). Santri yang tinggal di Pondok Pesantren X ini adalah mayoritas dari anak-anak kaum dhu’afa’, yatim, piatu maupun yatim piatu. Karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat besar dalam meningkatkan eksistensi manusia untuk menghadapi hidup, maka sepatutnyalah anak-anak ini dapat perhatian dan mendapatkan kedudukan yang selayaknya baik di dunia maupun di akherat dari menganyam sebuah pendidikan.
Seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Mujadalah :11, yang berbunyi7 :
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat”.
Nabi Muhammad SAW juga bersabda8 :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani atau majusi”.
Untuk itulah bagi anak-anak yang tidak memiliki orang tua atau yang memang orang tua mereka tidak mampu memfasilitasi pendidikan mereka dengan layak karena keterbatasan ekonomi atau karena tidak percaya diri karena tidak bisa mendidik anak–anak mereka secara islami, maka mereka lebih mempercayakan dalam masalah pendidikan anak pada lembaga pendidikan muslim seperti di Pondok Pesantren X ini agar anak mereka menjadi anak yang bertakwa dan selamat dunia akherat. Pondok Pesantren X ini adalah merupakan sebuah yayasan pendidikan dan sosial yang berdiri pada hari sabtu pahing 18 Shofar 1413 H atau 21 Nopember 1992, berlokasi di X, dirikan dan diasuh secara langsung oleh KH. Abdul Mu’thy Nurhadi, SH. Pondok Pesantren X ini membuka penerimaan santri baru setiap saat, maka dari itu jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren X ini selalu mengalami perubahan. Karena santri (siswa) yang berdomisili di Pondok Pesantren X ini berasal dari berbagai suku dan latar belakang yang berbeda untuk itulah maka diperlukan sebuah komunikasi yang efektif agar mencapa i suatu tujuan baik dari sang pengasuh, pengurus dan santri. Juga komunikasi antara santri dengan santri.
Dan di sinilah peran komunikasi interpersonal sangat berpengaruh pada kehidupan mereka sehari-hari, baik antara pengasuh dan santri, pengasuh dan pengurus, pengurus dan santri juga antara santri dan santri.
Seperti yang biasa kita ketahui bahwa kehidupan di dalam pondok pesantren kebanyakan baik dalam sikap maupun perilaku adalah sebisa mungkin selalu sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Di pondok pesantren X ini juga seharusnya tidak jauh dengan keadaan yang demikian. Adanya komunikasi personal antara pengasuh, pengurus dan santri, bagaimana sikap santri terhadap pengasuh dan keluarga ndalem, sikap santri terhadap para pengurus atau ustadz ustadzah secara tradisi santri memang harus bersikap hormat dan ngawulo (tunduk) terhadap guru dan keturunannya. Hal ini seperti diterangkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim 9 :
“Ketahuilah, para pelajar (Santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa menhormati mau menghormati ilmu dan guru”.
Dalam hal ini bahkan sayyidina Ali Karromallahu Wajha berkata10:
“Aku adalah sahaya (budak) orang yang mengajarku walau hanya satu huruf, jika dia mau silahkan menjualku atau memerdekakanku atau tetap menjadikanku sebagai budak ”.
Hal ini menunjukkan bahwa tutur kata dan perilaku para santri memang diatur sedemikian rupa seperti yang diungkap dalam kitab Ta’limul Muta’alim tersebut. Antara santri dan pengasuh terdapat sekat atau batasan dalam hal bertutur kata, perilaku, cara duduk dan berjalan dan lain sebagainya. Sikap santri terhadap gurunya disini seperti yang dikemukakan dalam tutur kata sayyidina Ali di atas. Dan apabila tidak ada sikap ngawulo atau ngabdi kepada guru maka boleh jadi ilmu yang sudah diperoleh dari guru tersebut tidak akan manfaat.
Demikianlah yang harus diterapkan oleh para santri. Namun tidak demikian halnya dengan santri yang ada di Pondok Pesantren X ini. Menurut kaca mata pandang peneliti, disini para santri saat ini sudah tidak mengindahkan lagi beberapa aturan tersebut. Jika berjalan di depan gurunya tidak ada tawadhu’. Bertutur kata pun sudah jarang diantara mereka yang menggunakan bahasa krama (jawa: halus). Entah tidak tahu bagaimana caranya bertutur kata atau memang dari senior sekarang tidak memberikan contoh pengamalan sikap yang demikian atau terdapat faktor yang lain penyebab dari semua itu. Untuk itulah perlu diadakan penelitian terhadap komunikasi interpersonal yang terjadi di dalamnya, karena komunikasi memang suatu kegiatan manusia yang sedemikian otomatis, namun banyak komunikasi yang terjadi dan berlangsung tetapi tidak tercapai sasaran tentang apa yang di komunikasikan itu11. Maka dari itulah di dalam komunikasi interpersonal di lembaga Pondok Pesantern X ini setiap komponen harus di pandang dan di jelaskan sebagai bagian–bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar priabdi.
Dan untuk mengetahui lebih dalam bagaimanakah komunikasi interpersonal yang terjadi antara pengasuh, pengurus dan santri, maka peneliti mencoba untuk menelitinya sebagai tugas akhir untuk menyeleseikan studi peneliti dalam bidang komunikasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X?
2. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X?
3. Bagaimana komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X?

C. Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian ini juga terdapat tujuan penelitian, yang mana tujuan penelitian ini adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan di atas maka, tujuan penelitian kali ini adalah :
1. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan Pengurus di Pondok Pesantren X.
2. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengasuh dan santri di Pondok Pesantren X.
3. Untuk memahami komunikasi interpersonal antara Pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini memiliki kegunaan baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian :
1. Dari segi teoritis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : Untuk Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, khususnya bagi program studi komunikasi adalah merupakan sumbangan teoritis dalam bidang komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren X.
2. Sedangkan bila dilihat dari segi praktis dari penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
Untuk Pondok Pesantren X sendiri tentunya sebagai mas ukan sekaligus bahan evaluasi dalam melakukan komunikasi interpersonal antara pengasuh, pengurus dan santri. Sehingga dapat tercipta komunikasi yang efektif dan terbuka.

E. Konseptualisasi
a. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan seorang yang lain atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi antar pribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan antara dua individu yang ada dalam satu lingkungan12. Komunikasi antara pribadi juga merupakan suatu bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal yang dilalui dua person dan dengan tanggapan yang seketika13..
Jadi komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dalam suatu lingkungan atau di dalam suatu kelompok kecil baik verbal maupun non verbal dengan berbagai macam umpan balik seketika atau yang biasa di sebut dengan feed back.
b. Pengasuh, Pengurus dan Santri Pondok Pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren dalam hal ini adalah keluarga pemilik pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan keluarga ndalem. Keluarga ndalem adalah pihak yang mempunyai otoritas tertinggi yang mana merupakan pemilik dan penanggung jawab pondok pesantren serta mengarahkan gerak dan langkah santri dan pengurus dalam suatu sistem. Dan dalam hal ini ndalem mempunyai 3 unsur tugas di dalamnya yaitu sebagai pengasuh, pemimpin dan penasehat.
Pengurus adalah santri yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga (mengurusi) apapun yang ada dalam kawasan pesantren sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
Santri adalah anak yang mondok dan berniat mengaji di Pondok Pesantren X.

F. Sistematika Pembahasan
Suatu karya ilmiah tidak lepas dari pembahasan yang sistematis guna memberikan uraian garis besar tentang pokok bahasan dalam setiap bab penelitian, yang disusun mulai awal hingga akhir, mulai pendahuluan hingga kesimpulan. Adapun pembahasan dalam skripsi ini meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi gambaran umum mengenai isi penulisan yang berisi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Konseptualisasi, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan mengenai kajian teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian tersebut dipaparkan secara komperehensif, berisi terdiri dari: Pengertian Komunikasi Interpersonal, Fungsi Komunikasi Interpersonal,
Karakteristik Komunikasi Interpersonal , Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal , Keefektifan Hubungan Interpersonal, dan Kerangka Teoritik.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan secara rinci dan operasional tentang metode dan teknik yang digunakan dalam mengkaji obyek penelitian. Adapun urutannya adalah sebagai berikut : Pendekatan dan Jenis penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini berisikan terdiri dari : Gambaran Umum Obyek Penelitian yang mana objek penelitian akan dipaparkan dengan secukupnya agar pembaca mengetahui hal ikhwal objek penelitian tersebut.
BAB V : ANALISIS DATA
Dalam bab ini memaparkan secara utuh beberapa hasil temuan yang diperoleh di lapangan dan hasil temuan tersebut di konfirmasikan dengan teori yang telah ada.
BAB VI : PENUTUP, yang mencakup, kesimpulan dan saran.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »